Muncul & Tenggelam Sesuai Kebutuhan

Fenomena orang yang hanya muncul saat butuh sesuatu adalah realitas sosial yang ironis namun nyata. Mereka efisien dalam interaksi, sementara kita tetap membantu meski kelakuan manusia macam ini seperti itu, oportunis tipis-tipis.

Apr 1, 2025 - 16:51
 0
Muncul & Tenggelam Sesuai Kebutuhan

MNAINDONESIA.ID - "Maaf merepotkan selama ini." Sebuah kalimat yang kerap mampir di chat dari seseorang yang tiba-tiba muncul kembali setelah lama menghilang. Bukan karena rindu, bukan pula karena ingin tahu kabar, melainkan karena ada satu hal yang pasti: butuh sesuatu. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang asing, bahkan sepertinya sudah menjadi tren sosial yang diterima tanpa protes. Orang-orang datang dan pergi sesuka hati, seolah hubungan antarmanusia hanyalah transaksi sederhana.

Menariknya, spesies manusia semacam ini punya radar yang sangat tajam. Mereka bisa mendeteksi kapan seseorang sedang dalam kondisi cukup untuk dimanfaatkan. Saat sedang berkecukupan, tiba-tiba muncul notifikasi dari nama yang hampir terlupakan. Basa-basi sekedarnya, lalu masuk ke topik utama: permintaan bantuan. Setelah itu? Seperti pesulap yang menghilang dalam sekejap, mereka kembali ke dimensi lain hingga ada kepentingan berikutnya.

Jangan salah, mereka bukan sekadar oportunis biasa. Mereka memiliki kemampuan akting yang luar biasa. Dengan wajah penuh harapan dan suara bergetar, mereka bisa menciptakan drama yang nyaris menyentuh hati. "Aku benar-benar nggak tahu harus minta tolong ke siapa lagi," kata mereka, padahal sebelumnya, dunia ini terasa cukup tanpa perlu menghubungi kita. Yang lebih menarik lagi, setelah urusan selesai, pesan yang sama akan muncul lagi: "Maaf sudah merepotkan, ya. Nanti kalau butuh apa-apa, kasih tahu aku, ya." Ironis, karena ketika kita yang butuh bantuan, notifikasi biru hanya menjadi dua centang abu-abu yang bisu.

Sebenarnya, apakah mereka benar-benar lupa bagaimana menjaga hubungan? Ataukah ini hanya permainan pikiran semata? Mungkin mereka percaya bahwa manusia harus hidup dengan efisiensi maksimal, termasuk dalam berinteraksi. Berteman hanya dengan yang menguntungkan, berbicara hanya dengan yang bisa membantu, dan menghilang saat semua urusan telah selesai. Efisiensi sosial tingkat dewa!

Yang lebih menakjubkan, orang-orang seperti ini memiliki berbagai versi. Ada yang datang dengan dalih nostalgia, ada yang berpura-pura peduli, bahkan ada yang langsung ke inti persoalan dengan kejujuran brutal. "Gimana kabarnya? Eh, by the way, bisa pinjam uang dulu nggak?" Simpel, efisien, dan langsung ke tujuan. Tanpa perlu berbasa-basi lama, tanpa pura-pura peduli terlalu banyak. Apakah itu lebih baik? Belum tentu, tapi setidaknya lebih jujur.

Namun, yang lebih tragis adalah kenyataan bahwa banyak dari kita yang tetap meladeni mereka. Bukan karena bodoh, tapi lebih karena masih punya hati. Kita tahu mereka akan menghilang lagi setelah kebutuhan mereka terpenuhi, namun entah kenapa, ada dorongan dalam diri kita untuk tetap membantu. Mungkin ini bukan kelemahan, melainkan kekuatan. Di tengah dunia yang semakin transaksional, masih ada orang-orang yang mau memberi tanpa perhitungan. Ironis, tapi juga sedikit menghangatkan.

Jadi, kepada mereka yang datang dan pergi sesuka hati, terima kasih telah mengingat kami saat kalian butuh sesuatu. Setidaknya, dalam momen-momen tertentu, kalian masih ingat bahwa kami ada. Mungkin lain kali, coba tetaplah ada meski hanya sekadar bertanya kabar tanpa embel-embel "maaf merepotkan" di akhir kalimat.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow