HISKI Anugerahkan 5 Karya Terpilih dan 1 Karya Favorit Juri

Sep 26, 2025 - 19:58
Sep 27, 2025 - 06:13
 0
HISKI Anugerahkan 5 Karya Terpilih dan 1 Karya Favorit Juri

MNAINDONESIA.ID - Festival karya sastra yang digelar Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) kembali mencuri perhatian dengan menampilkan ragam kreativitas yang lahir dari tangan-tangan sastrawan muda dan berpengalaman di Festival Banjoewangi Tempo Doeloe 2025, Rabu malam (24/9).

 Acara ini menjadi wadah ekspresi budaya sekaligus sarana mempertemukan penulis, penyair, dan seniman yang konsisten menjaga ruh literasi Indonesia.

Dewan juri menetapkan 5 karya terbaik yang layak diapresiasi karena keberanian mengangkat nilai tradisi sekaligus inovasi kreatif. Lima karya terpilih tersebut adalah “Jaran Buto” karya Darmanto, “Jenazah Nang Gembrung” karya Samsudin Adlawi, “Sri Tanjung Hidup Kembali” karya Aekanu Haryono, “Puisi Rengganis” karya Nur Khofifah, dan “Proses Kreatif Tari Nyebuto” karya May Widhiyastuti.

Sementara itu, penghargaan khusus Karya Pilihan Juri diberikan kepada “Lelaku Sang Buto” karya Desy Ariyani yang dianggap mampu menyuguhkan kekuatan estetik sekaligus kedalaman makna.

Festival ini tidak hanya menjadi ruang pamer ide, tetapi juga wadah penghargaan nyata bagi pelaku sastra. Panitia memberikan apresiasi berupa penghargaan untuk lima karya individu terbaik, masing-masing senilai Rp1.000.000. Selain itu, terdapat lima kelompok kreatif yang memperoleh hibah pembinaan senilai Rp3.500.000 per kelompok untuk mendukung pengembangan karya mereka di masa depan. Langkah ini menunjukkan komitmen HISKI dalam memastikan sastra terus tumbuh dengan dukungan yang konkret.

Ketua Umum HISKI Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., menegaskan pentingnya apresiasi semacam ini sebagai upaya menjaga keberlanjutan ekosistem literasi.

“Peserta festival telah menghadirkan karya sastra yang tidak hanya memotret realitas, tetapi juga memperkaya khazanah budaya kita. HISKI sangat mengapresiasi dedikasi dan semangat para peserta dalam melestarikan sekaligus mengembangkan kesusastraan Indonesia,” ungkap Prof. Novi.

Suasana festival semakin semarak karena setiap karya tidak hanya dibacakan, tetapi juga dipentaskan dengan pendekatan kreatif, sehingga mampu memikat audiens dari berbagai latar belakang. Misalnya, karya “Sri Tanjung Hidup Kembali” tampil dengan nuansa teatrikal yang menghidupkan mitologi Jawa, sementara “Puisi Rengganis” berhasil menyentuh emosi lewat lirisisme yang kuat. Begitu pula dengan “Proses Kreatif Tari Nyebuto” yang menampilkan perpaduan antara teks, tubuh, dan ruang dalam menghadirkan kesenian tradisi yang segar.

Hadirnya HISKI dalam mendorong generasi muda berkarya memberikan harapan besar bagi perkembangan sastra tanah air. Festival ini tidak sekadar seremoni, melainkan menjadi bukti nyata bahwa literasi bisa hidup berdampingan dengan kreativitas kontemporer.

Dukungan dana pembinaan pun menjadi energi baru agar para sastrawan terus berkarya dan melahirkan ide-ide yang bisa dibaca, ditonton, bahkan dinikmati dalam format pertunjukan.

Melalui festival ini, HISKI berhasil menegaskan peranannya sebagai garda terdepan dalam menjaga dan mengembangkan sastra Indonesia. Dengan apresiasi yang terukur dan dukungan penuh pada karya, HISKI membuktikan bahwa sastra masih relevan, hidup, dan berdaya saing di tengah derasnya arus budaya global.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow