Buat Pelaku Usaha Perikanan Indramayu, Prof Rokhmin Sebut 4 Jurus Sakti Tingkatkan Profit

Jan 15, 2024 - 13:49
Jan 15, 2024 - 14:06
 0
Buat Pelaku Usaha Perikanan Indramayu, Prof Rokhmin Sebut 4 Jurus Sakti Tingkatkan Profit

Prof Rokhmin Dahuri, Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan mengapresiasi kerja keras pelaku usaha perikanan di Indramayu yang memenuhi kebutuhan ikan warga Jawa Barat, khususnya di sekitar wilayah Cirebon, Majalengka dan Kuningan.

Kendati demikian, Prof Rokhmin menilai para pelaku usaha juga mesti mengoptimalkan mutu sehingga berimplikasi pada nilai tambah produk perikanan

“Kita patut bersyukur di jawa barat ini, terutama di Indramayu, banyak nelayannya. Dari teman-teman nelayan, banyak warga yang dapat menikmati ikan yang segar. Selain itu, tingginya minat masyarakat yang makan ikan, juga harus disertai 4 hal berikut yang sangat berkaitan dengan pelaku usaha perikanan. Jika keempat ini benar-benar diperhatikan, maka akan memberikan kesejahteraan dan keberlanjutan bisnis. Insha Allah, 4 hal ini punya effect pada profit yang sustainable,” kata Prof Rokhmin bersama Anggota DPR RI, Fraksi PDIP, Ono Sorono dengan tema “Sosialisasi Mutu Dan Nilai Tambah Produk Perikanan”, Indramayu, Senin (15/1/2023).

Guru Besar IPB University ini pun mulai mengelaborasi 4 jurus sakti yang mesti diperhatikan oleh pelaku perikanan.

Pertama, subsistem sarana produksi. Kedua, subsistem produksi. Ketiga, subsistem industri pengolahan hasil-hasil perikanan atau industri pasca panen dan keempat, subsistem pemasaran.

“Pengusaha UKM biasanya masih kurang sukses karena umumnya hanya mengurus satu bagian saja. Misalnya, produksi saja.  Tapi sarana produksinya tidak pernah dipikirkan. Jadi kaget ketika tiba-tiba harga pakan naik tinggi, tiba-tiba pasar turun,” ucap Prof. Rokhmin Dahuri dalam paparannya pada bimtek dan sosialisasi mutu dan nilai tambah produk perikanan kepada pelaku usaha pengoahan di Indramayu, Senin, 15 Januari 2024. Acara diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Mitra Kerja Komisi IV DPR RI.

Kemudian, Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan, menurut UU Kementerian Negara tugas dan fungsi utama kementerian kelautan dan perikanan antara lain: meningkatkan produksi perikanan sesuai dengan batas-batas kelestariannya, tangkap maupun budidaya. Lalu mensejahterakan nelayan, pembudidaya ikan dan seluruh stakeholder perikanan.

“Tugas pokok KKP adalah mensejahterakan nelayan, pembudidaya ikan, pengelola ikan, dan perdagangan perikanan,” kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.

Selain itu, lanjutnya, integrasi rantai pasok atau supley adalah tugas pemerintah dalam menyediakan sarana produksi. “Ini bukan berarti memproduksi sendiri, tetapi harus menumbuh kembangkan swasta, koperasi, rakyat untuk berusaha sarana produksi, dalam budidaya, benih unggul, dst,” terangnya.

“Untuk pasar pun begitu, seharusnya pemerintah menumbuh kembangkan pengusaha yang berada di sektor pengolahan, trading, pemasaran,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin Dahuri menceritakan latar belakang dirinya diangkat menjadi menteri KKP menggantikan Sarwono Kusumaatmaja pada 4 Juni 2001. Setelah pelantikan pagi hari, malam harinya ia dipanggil Presiden Gus Dur di Istana Negara.

“Gus dur bilang mengangkat saya menjadi menteri bukan karena silau dapat gelar doktor perikanan dari Kanada. Justru Gus Dur mengangkat saya jadi menteri karena saya anak nelayan buta huruf dan ber-ibu pedagang ikan," ungkap tokoh Dulur Cirebonan, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) itu.

Gus Dur mengajak agar sektor kelautan dan perikanan dijadikan sebagai salah satu sektor andalan (a leading sector) dalam pembangunan nasional yang mampu memberdayakan nelayan, pembudidaya, dan masyarakat kelautan lainnya.

Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri memberikan contoh, bagaimana budidaya perikanan di Norwegia sebuah Negara maju sejahtera mampu menghasilkan pendapatan yang berlipat-lipat dibanding dengan Indonesia karena menerapkan sistem budidaya terbaik. Karena Norwegia menggunakan sains, mulai dari pembelian benihnya, pemberian pakan, pengelolaan kualitas sayur dst.

"Norwegia sudah 55 tahun kontributor utama ekonominya dari budidaya dan ekspor ikan salmon. Sekarang ekspor Nerwegia hampir 12 miliar dolar. Kita hanya 6 miliar dolar dari seluruh produk perikanan,” katanya

Contoh lainnya, mengapa lele Malaysia lebih diminati dari Batam? Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan karena harganya lebih murah. Ternyata di Malaysia ada kerjasama antara pembudidaya lele dengan persatuan perhotelan se Malaysia. “Sisa makanan dibeli dengan harga murah untuk dijadikan bahan pakan,” kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

Dalam biologi, paparnya, ikan lele memiliki tulang pelat ini membentuk ruangan rongga di atas insang, pada ruangan ini terdapat alat bantu pernapasan berupa Arborescent. “Ikan Lele bernapas tidak berdasarkan insang saja tetapi alat pernapasan tambahan. Jadi oksigennya rendah, tapi bisa hidup dengan baik,” jelasnya.

Prof. Rokhmin Dahuri menguraikan, dunia sejak tahun 2004 sudah diperkenalkan Teknologi Bioflok (BFT). Bioflok merupakan campuran dari berbagai mikroba (fitoplankton, zooplankton, protozoa), detritus, dan partikel organik. Teknologi bioflok dapat meningkatkan kualitas air, meminimalkan pergantian air, efisiensi pakan, dan menghambat berkembangnya penyakit selama budidaya.

Biasanya untuk satu kilogram lele perlu 1,5 kg pakan, tapi dengan bioflok (bakteri yang sudah direkayasa ditebalkan didalam kolam) maka si bakteri yang akan mempermentasi kemudian menggumpalkan sisa-sisa pakan

“Jadi sisa pakannya yang seharusnya menjadi limbah dan mencemari kolam itu menjadi pakan baru. Maka kalau di dalam bioplok itu SCR intuk menghasilkan 1 kilogram hanya butuh 0,8. Itulah menjadi pakan yang gurih dan proteinnya tinggi,” tuturnya.

Dengan modal Rp 200 juta untuk membangun teknologi bioflok, terang Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) tersebut, rata-rata untungnya 10 juta sebulan, tergantung pada penebarannya.

Terakhir, Prof Rokhmin Dahuri merujuk ke data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat angka konsumsi ikan hingga Oktober 2023 mencapai 58,48 kilogram per kapita. 

Hal ini menunjukan animo warga Jabar yang gemar mengonsumsi ikan sangat tinggi. Terlebih ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan memiliki kandungan asam lemak, Omega 3, Omega 6, dan Omega 9.

Tentu ini kabar yang sangat baik, karena memiliki dampak positif berupa pemenuhan gizi, serta sebagai upaya pencegahan stunting.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow