Di World Refrigeration Day 2025, Prof Rokhmin Serukan Lawan Kelaparan Global

Jun 18, 2025 - 19:16
Jun 18, 2025 - 19:21
 0
Di World Refrigeration Day 2025, Prof Rokhmin Serukan Lawan Kelaparan Global

MNAINDONESIA.ID - Dalam peringatan World Refrigeration Day 2025 yang berlangsung di Paris pada Rabu (18/6), dunia menyaksikan pidato ilmiah menggugah dari Prof. Rokhmin Dahuri, anggota DPR RI sekaligus Guru Besar IPB University.

Prof. Rokhmin pun tampil sebagai salah satu keynote speaker sekaligus panelis utama pada konferensi prestisius bertajuk World Conference on Cold Chain System, yang dihadiri 200 peserta dari 60 negara.

Menteri Kelautan dan Perikanan di era Gus Dur dan Megawati ini pun menyampaikan gagasan visioner soal masa depan dunia bersama Menteri Lingkungan Hidup dari Pantai Gading, Nigeria, dan Senegal, serta seorang direktur dari Uni Eropa.

Dalam paparannya, Prof. Rokhmin menekankan pentingnya transformasi sistem pendinginan global sebagai langkah nyata menjawab krisis kemanusiaan abad ini. Menurutnya, dunia tengah menghadapi tekanan besar akibat perubahan iklim ekstrem, yang tidak hanya mengancam produksi pangan tetapi juga merusak tatanan kesehatan global. 

“Pemanasan global, kenaikan muka air laut, hingga cuaca tak menentu berdampak langsung terhadap keberlangsungan hidup manusia,” ujarnya.

Ia memuji peran Dr. Yosr Allouche, Direktur International Institute of Refrigeration, atas dedikasi lembaga berusia seabad itu dalam memajukan teknologi pendinginan dunia. 

Selain itu, Prof Rokhmin juga mengingatkan, kemajuan teknologi belum menyentuh secara adil semua wilayah, terutama negara berkembang yang masih mengalami kesenjangan akut dalam akses rantai dingin.

Rantai dingin, sistem yang menjaga suhu optimal produk dari produksi hingga konsumsi, menurutnya adalah “tulang punggung tak kasat mata” peradaban modern.

Di sektor pangan, keberadaan rantai dingin yang kuat dapat mencegah kerusakan makanan, memperpanjang masa simpan, serta menjaga nilai gizi sepanjang tahun. Produk seperti ikan, daging, dan sayuran akan jauh lebih aman dan layak konsumsi apabila didukung sistem pendinginan yang stabil.

Data yang dipaparkan Prof. Rokhmin menunjukkan urgensi yang mencengangkan. Tanpa sistem pendinginan yang andal, dunia kehilangan 526 juta ton makanan setiap tahun, setara 379 miliar dolar AS. Ironisnya, jumlah ini mampu memberi makan satu miliar orang, sementara saat ini masih ada 828 juta penduduk dunia menderita kelaparan.

Tak hanya itu, 600 juta orang jatuh sakit dan 420 ribu meninggal setiap tahun akibat makanan terkontaminasi—sebagian besar disebabkan oleh ketiadaan pendinginan.

Dalam bidang kesehatan, sistem pendinginan juga berperan vital menjaga efektivitas vaksin, insulin, dan obat-obatan. Kurangnya fasilitas rantai dingin di negara berkembang menyebabkan lebih dari 1,5 juta kematian yang seharusnya bisa dicegah.

Kerugian ekonomi dari vaksin rusak bahkan ditaksir mencapai 34,1 miliar dolar AS setiap tahun.

Namun, bukan hanya soal pangan dan kesehatan. Prof Rokhmin menegaskan bahwa sistem pendingin yang efisien juga bisa menjadi alat strategis melawan perubahan iklim. Dengan teknologi ramah lingkungan, refrigeran aman, serta pemanfaatan energi terbarukan, dunia dapat memangkas emisi rumah kaca dan mengurangi limbah pangan secara signifikan.

Untuk itu, ia menawarkan empat strategi utama: penerapan kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan, investasi pada teknologi hijau, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan penguatan kolaborasi lintas negara.

Semua langkah ini, menurutnya, harus selaras dengan Agenda SDGs, Paris Agreement, dan Protokol Montreal.

Lebih dari sekadar masalah teknis, ia menyebut penguatan sistem rantai dingin sebagai tanggung jawab moral global.

“Ini soal kehidupan kita semua, dari makanan yang kita santap, vaksin yang kita terima, hingga obat yang menyelamatkan nyawa. Membangun rantai dingin global yang berkeadilan bukan pilihan, tapi keharusan,” tegasnya.

Prof. Rokhmin menyerukan keterlibatan semua pemangku kepentingan: ilmuwan, insinyur, pelaku bisnis, pembuat kebijakan, hingga masyarakat sipil untuk bersama-sama membangun sistem pendinginan global yang berkelanjutan, kuat menghadapi krisis, dan setara untuk seluruh umat manusia.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow