Sambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H, Prof Rokhmin: 3 Poin Penting untuk Umat

Apr 9, 2024 - 15:41
Apr 9, 2024 - 19:34
 0
Sambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H, Prof Rokhmin: 3 Poin Penting untuk Umat

Idul Fitri adalah momen kemenangan spiritual bagi umat Muslim yang telah menjalani bulan Ramadan dengan penuh kesabaran, pembersihan diri, dan ibadah. Untuk itu, bagi mereka yang menjalaninya dengan tekad dan kekuatan iman, maka bersiaplah untuk menyambut kemenangan. Selamat Idul Fitri 1445 h, mohon maaf lahir batin.

Demikian disampaikan oleh Prof Rokhmin Dahuri,MS di kediamannya, Perumahan Villa Indah Pajajaran Bogor, Selasa (9/4/2024). 

"Taqabbalallahu Minna wa Minkum. Semoga Idul Fitri 1445 H membawa suka cita yang kita inginkan," ujar Prof Rokhmin.

" Insha Allah, kita akan sholat idul fitri esok, 10 April 2024," tambahnya.

Selain itu, Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan ini pun menyoroti makna filosofis kemenagan yang lebih comprehensive jika dikaitkan dengan keindonesiaan dan keumatan secara global.

Mandiri secara Ekonomi

Anggota DPR RI terpilih Dapil 8 Jabar ini pun  menghendaki umat ini unggul secara ekonomi, karena persoalan ekonomi merupakan salah satu yang menjadi indikator dari kesejahteraan umat. Islam sebagai sebuah agama tentu menginginkan kita sebagai umat yang terbaik yang dilahirkan di permukaan bumi ini. 

Yaitu umat yang berupaya bagaimana kemaslahatan, kebaikan dalam hidup yang ada di dunia ini tersebar. Karena Allah katakan di dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya, “Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada kebaikan dan kamu mencegah dari kemungkaran, dan kamu beriman kepada Allah”. Karena kita adalah umat yang terbaik, maka tugas dan tanggung jawab kita sebagai umat yang terbaik itu adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan juga beriman kepada Allah Swt.

Disadari bahwa ekonomi umat Islam hari ini belum kuat, belum mandiri. Parameternya yang pertama adalah angka kemiskinan masih tinggi. Parameter yang kedua adalah sumber daya alam yang ada di tengah-tengah kehidupan di Indonesia ini masih banyak dikuasai oleh orang-orang asing. Parameter yang ketiga adalah kebutuhan pangan dari rakyat  masih besar bergantung pada pihak luar atau impor. Parameter yang keempat adalah lembaga-lembaga yang memproduksi kebutuhan itu hampir semuanya dikuasai oleh orang-orang non-muslim.

Semangat menuntut Ilmu

Selanjutnya, Prof Rokhmin yang juga Ketua Dulur Cirebon mengajak umat Islam berlomba-lomba menuntut ilmu. Ayat al Qur'an yang pertama kali diturunkan adalah perintah membaca, dan bukan perintah shalat, puasa, zakat dan apalagi haji. Membaca adalah pintu mendapatkan ilmu pengetahuan. Tidak mungkin orang yang tidak membaca akan memperoleh ilmu, baik membaca ayat-ayat qawliyah maupun ayat-ayat kawniyah. Oleh karena itu, membaca sedemikian penting dalam Islam.

Orang yang pintar dan terbiasa membaca akan kaya informasi, fakta, data, dan ilmu pengetahuan. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak bisa atau tidak mau membaca, maka tidak akan mengetahui apa-apa. Betapa pentingnya membaca atau ilmu pengetahuan, hingga al Qur'an sampai menyindir dengan ungkapan yang amat menarik, yaitu : 'adakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui'. Padahal agar mengetahui sesuatu, maka siapapun harus melihat atau membaca itu.

Kenapa umat Islam yang jumlahnya superjumbo (konon sekitar 1,5 milyar saat ini), tapi hanya sekelumit saja jumlah muslim peraih penghargaan Nobel? Bahkan kalah jauh dengan kelompok “non-agama” (ateis, agnostik atau freethinker), apalagi dengan Yahudi dan Kristen. Sudah tak terkejar sama sekali.

Bahkan, seorang ateis terkenal, Richard Dawkins memicu kontroversi setelah berkicau di akun twitter tentang umat Muslim. Dalam kicauannnya, dia mengatakan Muslim di dunia memiliki lebih sedikit hadiah nobel dibandingkan Trinity College, Cambridge, Inggris.

Menanggapi hal diatas, tentu tidak harus menanggapi dengan amarah, sejatinya menjadi pemicu untuk lebih giat lagi agar umat harus bangkit mengejar ketertinggalan.

Teladani sifat Nabi Muhammad SAW

Lebih penting lagi, Guru Besar IPB University pun mengimbau agar Umat saat ini meneladani sifat Rasulullah SAW. Bagaimana Nabi Muhammad SAW memiliki sifat jujur yang paripurna, mau berbagi, menjaga integritas, tidak melanggar etika, memiliki kepekaan terhadap sesama dan sifat-sifat terpuji lainnya.  Inilah yang yang mesti diikuti umat.

Islam mengajarkan tentang kelembutan, menghargai orang lain, bertolong menolong, saling menjalin kasih sayang, mencintai ilmu pengetahuan, menjadi orang kuat, giat bekerja dan berusaha, dan menjadi orang yang berada pada posisi pemberi dan bukan penerima. Itulah sebabnya, Islam mengajarkan agar umatnya kaya ilmu, menjadi manusia yang berkualitas, menegakkan keadilan, selalu menyambung komunikasi baik vertikal maupun horizontal, dan mampu bekerja secara profesional, atau beramal shaleh.

Islam mendorong umatnya agar menjadi pemberi dan bukan sebaliknya, yaitu sekedar menjadi penerima atau apalagi sebagai peminta-minta. Ajaran dimaksud adalah sangat jelas bersumber dari al Qur'an maupun hadits nabi. Islam menjunjung tinggi peran sebagai guru, pengajar al Qur'an, dan ilmu pengetahuan. Bukankah posisi guru atau pengajar itu sebenarnya adalah sebagai pemberi, yakni memberi ilmu pengetahuan, atau memberikan contoh cara bekerja, berperilaku, atau berakhlak mulia.

Terakhir, Prof Rokhmin menekankan agar apa yang sudah dilakukan selama ramadhan, bisa diterapkan setelahnya. Dengan demikian, cita-cita sebagai umat pemenang dengan segala predikat bisa terwujud.

" Insha Allah kebangkitan umat secara menyeluruh bisa teruwjud," pungkas Prof Rokhmin.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow